Konituban.com – Cahyo Utomo, pemuda asal Kabupaten Tuban tercatat sebagai pembalap Motocross Nasional, segudang prestasi dan penghargaan diterima pemuda asal Desa Guwoterus, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban ini.
Tidak banyak yang tahu prestasi pemuda kelahiran 2 Februari 1994 ini hingga menjadi pembalap Nasional, prestasi dan kemampuanya justru lebih dahulu dikenal pada kancah Nasional lewat aks-aksinya diatas kuda mesin (Motocross) dalam berbagai kompetisi tingkat nasional.
Cahyo menceritakan, kegemaranya dengan Motocross muncul sejak dirinya masih duduk di bangku kelas dua Sekolah Menengah Atas, saat itu dirinya hanya ikut dan melihat saat beberapa kawanya menggunakan motor modifikasi. Dari melihat itu muncuk keingian mencoba, hingga akhirnya orangtuanya membelikan sebuah motor modifikasi.
“Darisana saya mencoba ikut kompetisi, kompetisi pertama saya di FFA Lokal Kabupaten Tuban kebetulan juara dua tahu 2009,” katanya (26/01).
Sejak 2009 itu, kemampuan Cahyo menunggang kuda mesin semakin berkembang, skill-nya tidak diragukan lagi. Dia mulai merambah ke kompetisi lanjutan hingga tingkat Provinsi, kemudian kompetisi Nasional sampai tercatat sebagai pembalap Nasional Motocross sejak 2015 setelah berhasil mengikuti seluruh seri kejuaraan Motocross dan berhasil memduduki ranging 4 kelas MX2 Novis.

Hingga hari ini, lebih dari 200 piagam sertifikat dan tropi penghargaan sudah diboyongnya, Cahyo masuk jajaran lima besar pembalap nasional kelas MX2 Novis, dan awal tahun ini sudah naik tigkat di MX2 Junior 250cc.
“Insya Allah jika tahun ini mampu di lima besar, 2018 bisa naik kelas lagi target saya bisa menembus Asia,” katanya.
Ditahu 2015 dan 2016, cahyo juga sudah mengikuti seluruh seri dan menjadi juara umum peringkat 4. Pemuda asli Desa Guwoterus ini juga pernah menorehkan namanya menjadi juara satu Nasional seri dua Motocross di Magelang pada 2016.
“Alhamdulillah semua kompetisi biayanya sendiri dan usaha orangtua saya,” imbuh Cahyo.
Orangtua Cahyo mendukung penuh kecintaan anaknya terhadap olahraga ini, meski berat secara financial, karena sang ayah hanya seorang paranormal, anaknya memiliki keinginan kuat sehingga orangtuanya hanya mendukung keinginan anaknya.
“Tujuan anak saya jelas, makanya saya dukung dengan segala kemampuan,” ujar Suripto, ayah Cahyo.
Diakui orangtua Cahyo, merasa berat karena modal untuk kompetisi tidak sedikit, apalagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban sepertinya belum memiliki kepedulian terhadap prestasi anaknya ini. Selain itu untuk menjadi Crosser handal Suripto juga menyekolahkan anaknya secara khusus di sekolah motor agar cita-cita anaknya menembus Asia tercapai.
“Belum ada sama sekali perhatian, kita berharap ada kepedulain dari pemerintah untuk prestasi pemuda daerah, bukan hanya anak saya tapi juga prestasi lainya,” kata Mbah Surip sapaan akrab Suripto. (Uki)
Loch, kok ternyata???
Kenapa Mas…?